Nasabnya
Usama bin zaid bin Haritsah Syarakhil bin Abdul Uzza ibn
imri'il Qois, ibunya bernama Ummu Aiman seorang wanita Habsyi, bekas sahaya
ibunda Rasululah Aminah binti Wahab.Dialah yang mengasuh Rosulullah waktu kecil,
selagi ibundanya masih hidup dan yang merawat setelah ibunya wafat.Adapun
bapaknya adalah kesayangan Rasulullah. Beliau pernah mengangkat Zaid sebagai
anak angkatnya sebelum ia Islam.Dia menjadi sahabat beliau tempat mempercayakan
segala rahasia. Dan dia menjadi salah seorang anggota keluarga dalam rumah
tangga beliau dan orang yang sangat beliau kasihi dalam Islam.
Kelahiranya.
Ia lahir pada tahun ketujuh sebelum hijrah.Ketika itu
Rasulullah sedang mengalami kesulitan karena tindakan kaum Quraisy yang menyakiti
beliau dan para sahabat.kesulitan dan kesusahan dalam berdakwah menyebabkan
beliau sentiasa bersabar.Dalam suasana seperti itu, tiba-tiba seberkas cahaya
memancar memberikan hiburan yang mengembirakan.Seorang pembara berita
mengabarkan kepada beliau,"Ummu Aiman melahirkan anak laki-laki"wajah
rasulullah berseri-seri karena gembira
menyambut berita tersebut.Siapakah gerangan bayi yang berbahagia itu?sehinga
kelahiranya dapat mengobati hati rasulullah yang sedang duka,berubah menjadi
gembira .Itulah dia Usamah bin Zaid.Para sahabat tidak merasa aneh bila Rasulullah
bersuka cita dengan kelahiran bayi tersebut.Karena mereka tahu kedudukan kedua
orang tuanya disisi Rasulullah.kaum muslimin pun turut gembira dengan kelahiran
Usamah,melebihi kegembiraan mereka atas kelahiran bayi-bayi lainya.
Fisiknya
Mengenai rupa dan bentuk lahirnya,tidak disiapkan untuk
keahlian,walau pekerjaan apapun.Sebagaimana dikisahkan para sejarawan dan
ahli-ahli riwayat,kulitnya hitam gelam , hidungnya pesek.,sangat mirip dengan
ibumya wanita Habsyi.
Julukanya
Ia mendapat julukan Abu Muhammad,Abu Haritsah dan Abu
Yazid.Ia digelari ,"Kesayangan ,Putera dari kesayangan"Karena
sayangnya Rasulullah kepada Usamah dan bapaknya.Bapaknya adalah pelayan
Rasulullah yang lebih mengutamakanya dari ibu bapak dan kaum keluarganya.,dan
oleh rasulullah dihadapkan kepada sahabat-sahabatnya ,seraya berkata:"Saya
persaksikan kepada kamu sekalian bahwa Ziid ini adalah putraku ,yang akan
menjadi ahli warisku dan aku akan menjadi ahli warisnya ………maka terkenallah
namanya di kalangan muslimin sebagai Zaid bin Muhammad,sampai dihapusnya
kebiasaan mengambil anak angkat oleh Al-Quranul Karim
Kedudukanya
Usamah
bin Zaid sepanjang hidupnya berada di
tempat terhormat dan dicintai kaum muslimin.Karena ia senantiasa mengikuti
sunnah Rasulullah dengan sempurna,serta memuliakan pribadi rasul.Begitu
sayangnya Rasulullah kepada Usamah,pada suatu kali ia tersandung di bendul
pintu,hinga keningnya luka dan berdarah.Rasulullah menyuruh Aisyah membersihkan darah dari luka
Usamah,tapi ia tak mampu melakukanya.Karena itu beliau berdiri mendapatkan
Usamah lalu beliau isap darah yang keluar dari lukanya, kemudian beliau
ludahkan.
Tatkala
Umar bin Kahthab diprotes oleh putranya Abdullah bin Umar,karena melebihkan
jatah dari jatah Abdullah sebagai putra khalifah.Abdullah bin Umar berkata
:"Wahai bapak! Bapak memberikan jatah tuk Usamah empat ribu, sedang kepada
saya hanya tiga ribu.padahal jasa bapaknya tidak akan lebih banyak dari jasa
bapak.Begitu pula pribadi Usamah,tidak ada keistimewaanya dari pada
saya."Jawab Umar :"Wah….jauh sekali!bapaknya lebih disayangi
Rasulullah daripada bapakmu.Dan Usamah
lebih disayangi dari pada kamu".mendengar keterangan ayahnya Abdullah bin
Umar rela jatah Usamah di lebihkan dari pada dia sendiri. Jika umar bertemu
dengan Usamah maka ia menyapa dengan ucapan " marhaban bi amiiri " !
( selamat wahai komandanku ) jika ada orang yang heran sapaan umar tersebut
maka ia menjelaskan rasulullah pernah mengangkat usamah menjadi komandan saya
."
Perjalanan Hidupnya.
Sejak ia meningkat remaja,kelihatan pada dirinya
sifat-sifat dan budi pekerti yang mulia..Dia cerdik
,pintar,pemberani,bijaksana,dan pandai meletakan sesuaatu pada tempatnya yang
menyebabkan dirinya dekat ke hati Rasulullah dan besar dalam pandangan Rasul.Ia
adalah putra dari sepasang suami-istri islam yang mulia dan termasuk golongan "As-Sabiqunal
Awwalun "dan paling dekat serta paling cinta kepada Rasulullah.Ia juga
termasuk diantara putra-putra islam yang murni,dilahirkan dalam keislaman dan
disusukan dari sumber yang bersih tanpa dikotori oleh debu jahiliyah yang gelap gulita.
Waktu terjadi perang Uhud ,Usamah bin Zaid datang kehadapan
Rasulullah beserta serombongan anak-anak sebayanya.mereka ingin turut jihad fi
sabilillah .sebagian mereka diterima Rasulullahdan sebagian lagi ditolah
oleh beliau,karena usia mereka yang masih sangat muda.Usamah sendiri ditolak belaiu,karena itu
ia pulang sambil menangis.Ia sedih lantaran tidak diperkenankan turut berperang
di bawah bendera Rasulullah.dalam perang Khandaq ,Usamah bin Zaid datang pula
bersama-sama kawan-kawannya.Ia berdiri tegap di hadapan Rasulullah agar
kelihatan lebih,agar diperkenankan turut berperang.Rasulullahkasihan melihat
Usamah yang keras hat iingin turut berperang .karena itu beliau
mengizinkanya.ketika itu ia baru berumur 15 tahun.ketika perang Hunain
berkecamuk,pasukan muslimin terdesak hinga barisan mereka kacau balaut.tapi ia
tetap bertahan bersama para sahabat,'Abbas paman Rasulullah,Sufyan bin Harits
anak paman Usamah dan enam orang sahabat lainya.Denga sisa pasukan inilah
Rasulullah berhasil berhasil mengembalikan kekalahan menjadi kemenangan bagi
kaum muslimin dan menyelamatkan kaum muslimin yang lari dari kejaran musuh.
Menginjak umurnya kira-kira 18 tahun, ia turut perang
Mu'tah di bawah komando ayahnya,Zaid bin haritsah.Dan menyaksikan dengan mata kepala
sendiri ayahnya gugur sebagai syuhada`.Tapi ia tak takut dan mundur.bahkan ia
terus bertempur dengan gigih di bawag komando Ja`far bin Abi Thalib,hinga
ja`far syahid pula di hadapanya.kemudian ia menyerbu di bawah komando Abdullah
bin Rawahah,sampai pahlawan ini gugur pula menyusul kedua sahabatnya.yamg
syahid lebih dulu.Kemudian komando dipegang Khalid bin Walid.dan bertempur
bersamnanya dengan sisa pasukan yang ada,kaum muslimin akhirnya melepaskan
cengkeraman tentara romawi.
Sesusai peperangan ,ia kembali ke madinah dengan
menyeraahkan jasad ayahanya kepadfa
Allah .Jasad ayahnya ia tinggalkan di bumi syiria dengan mengenang segala
kebaikannya.Walaupun usianya masih muda belia,tapi ia telah menjadi seorang
mukmin tangguh dan muslim yang kuat,yang siap sedia memikul tanggung jawab
keimanan dan Agama nya yang membaja dengan kecintaan yan mendalam dan kemauan
yang membaja,ia juga seorang yang rendah hati ,serta mati-matian tak kenal
batas bnerjuang di jalan Allah dan Rasul-Nya.Disamping itu, Ia merupakan
kelinci percobaan perbedaan warna kulit yang sengaja hendak dihapus dan
dilenyapkan oleh Islam.Maka si hitam pesek ini telah merebut kedudukan tinggi
di hati Nabi dan barisan kaum muslimin karena ketakwaanya kepada Allah.
Pada tahun kesebelas hijriyah Rasulullah memerintahkan
supaya menyiapkan bala tentara untuk menyerang Rum.Dalam pasukan itu terdapat
Abu Bakar ,Umar Saad bin Abi Waqqash,Abu Ubaidah bin Jarrah dan sahabat lainya.Dalam
usianya yang belum genap 20 tahun Rasulullah mengangkat ia menjadi panglima
pasukan yang akan diberangkatkan. Di kalangan kaum musliumin tersinar
desas-desus keberatan mereka terhadap putusan ini. Mereka mengangap tidak tepat
mengangkat seorang pemuda yang masih hijau seperti Usamah bin Zaid tuk memimpin
suatu pasukan tentara yang di dalamnya ada tokoh-tokoh Muhajirin dan
Anshar.Bisik-bisik ini sampai ke telinga Rasulullah.lalu beliau naik mimbar lalu
menyampaikan puji syukur kepada Allah dan bersabda : "Sebagian orang
mengecam pengangkatan Usamah Bin Zaid sebagai panglima ….!sebelum ini mereka
juga telah mengecam pengangkatan ayahnya….!Walau ayahnya itu layak menjadi
panglima !Dan Usamah pun layak untuk jabatan itu!ketika bala tentara sedang
bersiap-siap menunggu perintah berangkat,Rasulullah sakit dan semakin hari
sakit beliau bertambah keras.Karena itu keberangkatan pasukan ditanguhkan
menungu keadaan Rasulullah membaik.tidak berapa lama kemudian,Rasulullah pulang
ke rahmatullah.Tetapi ia telah meningalkan pesan kepada sahabatnya untuk
berperang di bawah komando Usamah bin Zaid.Abu Bakar Shidiq terpilih dan
dilantikmenjadi khalifah.Ia memerintahkan supaya meneruskan pengiriman tentara
di bawah pimpinan Usamah bin Zaid.Wsiat ini di junjung tinggi oleh Abu Bakar.dan walaupun suasana
sepeninggal Rasulullah itu telah
berubah,ia tetap bersikeras melaksanakan wasiat dan perintahRasulullah.Maka
bergeraklah pasukan usamah ke romawi,yakni setelah Khalifah meminta izin
kepadsa Usamah agar Umar di bolehkan tinggal di madinah tuk mendampinginya.
Maka tatkala kaisar romawi Heraklius mendengar berita wafatnya
rasululloah,pada saat bersamaan mendapat berita kedatanggan pasukan Islam
menyerang perbatasan Syiria di bawah pimpinan Usamah bin Zaid.ia pun merasa
heran terhadap kekuatan muslimin karena wafatnya Rasulullah tidak menpengaruhi
sedikitpun rencana dan kemampuan mereka!
Demikianlah Romawi merasa kecut,dan mereka tidak berani
menyerang tanah air islam di jazirah arab.Usamah berhasil kembali dari medan pertempuran dengan kemenangan gilang gemilang.mereka
membawa harta rampasan yang banyak,melebihi perkiraan yang di duga orang.Hingga
orang Islam saling berkata :"Belum
pernah terjadi suatu pasukan tempur kembali dari medan tempur dengan selamat
dan utuh dan berhasil membawa harta rampasan sebanyak yang di bawa pasukan
Usamah bin Zaid"
Asakir telah memberitakan dari Az-Zuhri dari Urwah dari
Usamah bin Zaid ra. bahwa Rasulullah Ibnu SAW memerintahkannya untuk menyerang
suku kaum Ubna pada waktu pagi dan membakar perkampungannya. Maka Rasulullah
SAW berkata kepada Usamah: "Berangkatlah dengan nama Allah!".
Kemudian Rasulullah SAW keluar membawa bendera perangnya dan diserahkannya ke
tangan Buraidah bin Al-Hashib Al-Aslami ra. untuk dibawa ke rumah Usamah ra.
Beliau juga memerintahkan Usamah untuk membuat markasnya di Jaraf di luar
Madinah sementara kaum Mukmin membuat persiapan untuk keluar berjihad. Maka
Usamah ra. mendirikan kemahnya di suatu tempat berdekatan dengan Siqayat
Sulaiman sekarang ini. Maka mulailah orang berdatangan dan berkumpul di tempat
itu. Siapa yang sudah selesai kerjanya segera datang ke perkemahan itu, dan
siapa yang masih ada urusan diselesaikan urusannya terlebih dahulu.
Tiada seorang pun dari kaum Muhajirin yang unggul,
melainkan dia ikut dalam pasukan jihad ini, termasuk Umar bin Al-Khatthab, Abu
Ubaidah, Sa'ad bin Abu Waqqash, Abul A'war Said bin Zaid bin Amru bin Nufail
radiallahuanhum dan banyak lagi para pemuka Muhajirin yang ikut serta. Dari
kaum Anshar pun di antaranya Qatadah bin An-Nu'man dan Salamah bin Aslam bin
Huraisy ra.huma dan lain-lain. Ada
di antara kaum Muhajirin yang kurang setuju dengan pimpinan Usamah ra. itu,
karena usianya masih terlalu muda (18 tahun). Di antara orang yang banyak
mengkritiknya ialah Aiyasy bin Abu Rabi'ah ra. dia berkata: "Bagaimana
Rasuluilah mengangkat anak muda yang belum berpengalaman ini, padahal banyak
lagi pemuka-pemuka kaum Muhajirin yang pernah memimpin perang". karena
itulah banyak desas-desus yang memperkecilkan kepemimpinan Usamah ra. Umar bin
Al-Khatthab ra. menolak pendapat tersebut serta menjawab keraguan orang ramai.
Kemudian dia menemui Rasulullah SAW serta memberitahu tentang apa yang
dikatakan orang ramai tentang Usamah. Beliau SAW sangat marah, lalu memakai
sorbannya dan keluar ke masjid. Bila orang ramai sudah berkumpul di situ,
beliau naik mimbar, memuji-muji Allah dan mensyukurinya, lalu berkata:
"Amma ba'du! Wahai sekalian manusia! Ada
pembicaraan yang sampai kepadaku mengenai pengangkatan Usamah? Demi Allah, jika
kamu telah menuduhku terhadap pengangkatanku terhadap Usamah, maka sebenarnya
kamu juga dahulu telah menuduhku terhadap pengangkatanku terhadap ayahnya,
yakni Zaid. Demi Allah, si Zaid itu memang layak menjadi panglima perang dan
puteranya si Usamah juga layak menjadi panglima perang setelahnya. Kalau
ayahnya si Zaid itu sungguh sangat aku kasihi, maka puteranya juga si Usamah
sangat aku kasihi. Dan kedua orang ini adalah orang yang baik, maka hendaklah
kamu memandang baik terhadap keduanya, karena mereka juga adalah di antara
sebaik-baik manusia di antara kamu!".
Sesudah itu, beliau turun dari atas mimbar dan masuk ke
dalam rumahnya, pada hari Sabtu, 10 Rabi'ul-awal. Kemudian berdatanganlah kaum
Muhajirin yang hendak berangkat bersama-sama pasukan Usamah itu kepada
Rasulullah SAW untuk mengucapkan selamat tinggal, di antaranya Umar bin
Al-khatthab ra. dan Rasulullah SAW terus mengatakan kepada mereka:
"Biarkan segera Usamah berangkat! Seketika itu pula Ummi Aiman ra. (yaitu
ibu Usamah) mendatangi Rasulullah SAW seraya berkata: "Wahai Rasulullah!
Bukankah lebih baik, jika engkau biarkan Usamah menunggu sebentar di
perkemahannya, sehingga engkau merasa sehat, karena, jika Usamah ra. berangkat
juga dalam keadaan seperti ini, tentulah dia akan merasa bimbang dalam perjalanannya!".
Tetapi Rasulullah SAW tetap mengatakan: "Biarkan segera usama berangkat''?Orang
ramai sudah berkumpul di perkemahan pasukan Usamah itu, dan mereka menginap di
situ pada malam minggu itu. Usamah datang lagi kepada Rasulullah SAW pada hari
Ahad dan Beliau SAW terlalu berat sakitnya, sehingga mereka memberikannya obat.
Usamah menemui Beliau sedang kedua matanya mengalirkan air mata. Ketika itu
Al-Abbas berada di situ, dan di sekeliling Beliau ada beberapa orang kaum
wanita dari kaum keluarganya. Usamah menundukkan kepalanya dan mencium
Rasulullah SAW sedang Beliau tidak berkata apa-apa, selain mengangkat kedua
belah tangannya ke arah langit serta mengusapkannya kepada Usamah. Berkata
Usamah: "Aku tahu bahwa Rasulullah SAW mendoakan keberhasilanku. Aku
kemudian kembah ke markas pasukanku". "Pada besok harinya, yaitu hari
Senin, aku menggerakkan pasukanku sehingga kesemuanya telah siap untuk
berangkat. Aku mendapat berita bahwa Rasulullah SAW telah segar sedikit, maka
aku pun datang sekali lagi kepadanya untuk mengucapkan selamat tinggal, kata
Usamah". Beliau berkata kepadaku: "Usamah! Berangkatlah segera dengan
diliputi keberkatan dari Allah!". Aku lihat isteri-isterinya cerah wajah
mereka karena gembira melihat beliau sedikit segar pada hari itu. Kemudian
datang pula Abu Bakar ra. dengan wajah yang gembira, seraya berkata:"Wahai
Rasulullah! Engkau terlihat lebih segar hari ini, Alhamduillah. Hari ini hari
pelangsungan pernikahan puteri Kharijah, izinkanlah aku pergi". Maka
Rasulullah SAW mengizinkannya pergi ke Sunh (sebuah perkampungan di luar kota Madinah), Usamah ra.
pun kembali kepada pasukannya yang sedang menunggu penntahnya untuk bergerak,
dan dia telah memerintahkan siapa yang masih belum berkumpul di markasnya
supaya segera datang karena sudah tiba waktunya untuk bergerak.
Belum jauh pasukan itu meninggalkan Jaraf, tempat markas
perkemahannya, datanglah utusan dari Ummi Aiman memberitahukan bahwa Rasulullah
SAW telah kembali ke rahmatullah. Usamah segera memberhentikan pergerakan
pasukan itu, dan segera menuju ke kota
Madinah bersama-sama dengan Umar ra. dan Abu Ubaidah ra. ke rumah Rasulullah
SAW dan mereka mendapati beliau telah meninggal dunia. Beliau wafat ketika
matahari tenggelam pada hari Senin malam 12 Rabi'ul-awal. Kaum Muslimin yang
bermarkas di Jaraf tidak jadi berangkat ke medan perang, lalu kembali ke Madinah.
Buraidah bin Al-Hashib yang membawa bendera Usamah, lalu menancapkannya di
pintu rumah Rasulullah SAW. Sesudah Abu Bakar ra. diangkat menjadi Khalifah
Rasulullah SAW dia telah menyuruh Buraidah ra. mengambil bendera perang itu dan
menyerahkan kepada Usamah, dan supaya tidak dilipat sehingga Usamah memimpin
pasukannya berangkat ke medan
perang Syam. Berkata pula Buraidah: "Aku pun membawa bendera itu ke rumah
Usamah , dan pasukan itu pun bergerak menuju ke Syam". Setelah selesai
tugas kami di Syam, kami kembali ke Madinah dan bendera itu terus saya
tancapkan di rumah Usamah sehingga Usamah meninggal dunia.
Apabila berita wafatnya Rasulullah SAW sampai kepada kaum
Arab, sebagian mereka telah murtad keluar dari agama Islam. Abu Bakar ra.
memanggil Usamah lalu menyuruhnya supaya menyiapkan diri untuk berangkat
memerangi bangsa Romawi sebagaimana yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW
sebelum wafatnya dahulu. pasukan Islam mulai berkumpul lagi di Jaraf di
perkemahan mereka dulu. Buraidah ra. yang diamanahkan untuk memegang bendera
perang telah berada di markasnya di sana.
Tetapi para pemuka kaum Muhajirin yang terutama, seperti Umar, Usman, Abu
Ubaidah, Sa'ad bin Abu Waqqash, Said bin Zaid dan lainnya mereka telah datang
kepada Khalifah Abu Bakar ra. seraya berkata: "wahai Khalifah Rasulullah!
Sesungguhnya kaum Arab sudah mula memberontak, dan adalah tidak wajar engkau
akan membiarkan pasukan Islam ini meninggalkan kami pada masa ini. Bagaimana
kalau engkau pecahkan pasukan ini menjadi dua. Yang satu untuk engkau kirimkan
kepada kaum Arab yang murtad itu untuk mengembalikan mereka kepada Islam, dan
yang lain engkau pertahankan di Madinah untuk menjaganya, siapa tahu
kalau-kalau ada yang datang untuk menyerang kita dari mereka itu. Kalau tidak,
maka yang tinggal di sini hanya anak-anak kecil dan wanita saja, bagaimana
mereka dapat mempertahankannya? Seandainya engkau menangguhkan memerangi kaum
Romawi itu, sehingga keadaan kita dalam negeri aman, dan kaum Arab yang murtad
itu kembali ke pangkuan kita, ataupun kita kalahkan mereka terlebih dahulu,
kemudian kita mengirim pasukan kita untuk memerangi bangsa Romawi itu, bukankah
itu lebih baik?! Kita pun tidak merasa bimbang dari bangsa Romawi itu untuk
datang menyerang kita pada masa ini!. Abu Bakar ra. hanya mendengar
bermacam-macam pandangan dari para pemuka Muhajirin itu.
Setelah
selesai mereka berkata, maka Abu Bakar ra. bertanya lagi: Adakah yang mau
memberikan pendapatnya lagi, atau kamu semua telah memberikan pendapat kamu?!
jawab mereka: "Kami sudah berikan apa yang harus kami sampaikan!".
"Baiklah, kalau begitu. Saya telah dengar semua apa yang hendak kamu
katakan itu", ujar Abu Bakar. Demi jiwaku yang berada di tangannya! Kalau
aku tahu bahwa aku akan dimakan binatang buas sekalipun, niscaya aku tetap akan
mengutus pasukan ini ke tujuannya, dan aku yakin bahwa dia akan kembali dengan
selamat. Betapa tidak, sedang Rasulullah SAW yang telah diberikan wahyu dari
langit telah berkata: "Berangkatkan segera pasukan Usamah". Tetapi
ada suatu hal yang akan aku beritahukan kepada Usamah sebagai panglima pasukan
itu. Aku minta darinya supaya memembiarkan Umar tetap tinggal di Madinah untuk
membantuku di sini, karena aku sangat perlu kepada bantuannya. Demi Allah, aku
tidak tahu apakah Usamah setuju atau tidak. Demi Allah, jika dia enggan
membenarkan sekalipun, aku tidak akan memaksanya! Kini tahulah para pemuka
Muhajirin itu, bahwa khalifah mereka yang baru itu telah berazam sepenuhnya
untuk mengirim pasukan Islam, sebagaimana yang diperintahkan oleh Rasulullah
SAW sebelumnya.
Abu
Bakar ra. lalu pergi ke rumah Usamah ra., dan memintanya agar membiarkan Umar
ra. tinggal di Madinah untuk membantunya. Usamah ra. setuju. Untuk meyakinkan
dirinya, maka Abu Bakar ra. berkata lagi: "Benar engkau mengizinkannya
dengan hati yang rela?" Jawab Usamah: "ya!". Khalifah Abu Bakar
ra. lalu mengeluarkan perintah supaya tidak ada seorang pun mengelakkan dirinya
dari menyertai pasukan Usamah itu sesuai dengan perintah Rasulullah SAW sebelum
wafatnya. Dia berkata lagi: "Siapa saja yang melewatkan dirinya untuk
keluar, niscaya aku akan menyuruhnya mengejar pasukan itu dengan berjalan
kaki".
Kemudian
Abu Bakar ra. memanggil orang-orang yang pernah mengecil-ngecilkan pengangkatan
Usamah sebagai panglima perang, dan memarahi mereka serta menyuruh mereka ikut
keluar bersama-sama pasukan itu, sehingga tiada seoran pun yang berani
memisahkan dirinya. Apabila pasukan itu sudah mulai bergerak, Abu Bakar ra.
datang untuk mengucapkan selamat berangkat kepada mereka. Usamah mendahului
para sahabatnya dari Jaraf, dan mereka kurang lebih 3,000 orang, di antaranya
ada 1,000 orang yang menunggang kuda. Abu Bakar ra. berjalan kaki di sisi
Usamah ra. untuk mengucapkan selamat jalan kepadanya: "Aku serahkan kepada
Allah agamamu, amanatmu dan kesudahan amalmu! Sesungguhnya Rasulullah SAW sudah
berpesan kepadamu, maka laksanakanlah segala pesannya itu, dan aku tidak ingin
menambah apa-apa pun, tidak akan menyuruhmu apa pun atau melarangmu dari apa
pun. Aku hanya menjalankan apa yang diperintahkan oleh Rasuluflah SAW
saja".
Usamah
ra. dan pasukannya maju dengan cepat. Dia telah melalui beberapa negeri yang
tetap mematuhi Madinah dan tidak keluar dari Islam, seperi Juhainah dan lainnya
dari suku kaum Qudha'ah. Apabila dia tiba di Wadilqura, Usamah mengutus seorang
mata-mata dari suku Hani Adzrah, dikenal dengan nama Huraits. Dia maju
meninggalkan pasukan itu, hingga tiba di LThna dan dia coba mendapatkan berita
di sana,
kemudian dia kembali secepatnya dan baru bertemu dengan pasukan Usamah sesudah
berjalan selama dua malam dari Ubna itu. Huraits lalu memberitahu Usamah, bahwa
rakyat di situ masih belum berbuat apa-apa. Mereka belum berkumpul untuk
menentang pasukan yang mereka, dan mengusulkan supaya pasukan Usamah segera
menggempur sebelum mereka dapat mengumpulkan pasukan.
Wafatnya
Ia
wafat pada tahun 54 hijrah di akhir masa pemerintahan Mu'awiyah, hati Usamah
amat rindu sekali hendak berjumpa dengan Allah, hingga ruhnya telah resah
gelisah dalam rongga dadanya, ingin kembali kembali ke tempat asalnya. Maka
terbukalah pintu-pintu surga untuk menyambut salah seorang yang gemar beramal
baik dan bertakwa.
Referensi
v Rijaal
haular Rasul,edisi indonesia,
Khalid Muh Khalid
v Suwaruum
min hayaatis Shohabah,edisi indonesia,Karya
Abdurrahman Ra'fat Basya,terbiatan Duran Nafa –is-beirut.
v (Ibnu
Asakir: At-Tarikh 1:120, Kanzul Ummal 5:312. Fathul Bari 8:107),ketiganya
dinukil dari web site internet.
No comments:
Post a Comment