Seumur-umur baru kali ini aku dapat order
pembelian minyak wangi berdrum-drum. Dalam waktu dua hari paling tidak tiga
drum habis terjual. Pembelinya pun tak tanggung-tanggung, mereka para politikus
dan pejabat busuk yang hampir tiap hari muncul di tv.Tak terkecuali anggota
dewan yang busuk dan ketua-ketua partai busuk. Sebagian dari mereka tidak
langsung datang ke rumah. Karena takut ketahuan publik, biasanya mereka
menelepon minta dikirimi, menyuruh bawahannya, dan ada pula yang mengajak
janjian untuk ketemu di hotel atau vila tertentu. Tak jarang saat aku harus
mengantarkan minyak wangi pesanan mereka, aku diharuskan membungkus rapat
minyak wangi tersebut hingga tidak tercium baunya. Bahkan ada yang meminta aku
menelan dalam bentuk kapsul seperti kapsul heroin.
Awalnya aku rikuh juga memenuhi permintaan
mereka yang neko-neko tersebut tapi toh akhirnya aku terbiasa, malah aku sering
melakukan eksperimen-eksperimen untuk menyembunyikan minyak wangi pesanan
mereka, kadang kuselipkan di pantat, kadang kuselipkan diantara karangan bunga,
dalam sepatu, sering pula ku sembunyikan di dalam kue atau roti, paket tv,
tape, komputer, dalam jok mobil dan pernah sekali ku kirim lewat merpati pos.
Sedang mereka yang datang langsung ke rumah selalu berdandan aneh-aneh,
menyamar, itu kata mereka.
Banyaknya pejabat dan politikus busuk menjadi
pelangganku saat ini tak lepas dari seorang politikus, merupakan penghuni
perumahan elit di sebelah kampungku yang dikenal kalangan mahasiswa sebagai
politisi busuk, dengan bau badannya yang sangat busuk datang bersama jaguar
hitamnya ke rumahku, dia datang menghampiriku yang sedang asyik duduk bergurau
dengan istriku di ruang tamu, merangkul dan mencium tanganku selayak memohon
berkah seperti memohon berkah pada kyai-kyai. Istriku pingsan begitu mencium
bau busuknya. Sedang aku hampir muntah mencium baunya kalau tidak cepat-cepat
kutahan nafas dan refleks menjepit lubang hidung dan menutup mulutku dengan
tangan kiri. Bau busuknya luar biasa. Dia menangis tersedu-sedu.
"Mas...., toolong sssay...ya...., Masss...
Tol..llong hilangkan bau busuk dari tubuh saya, Mas. Mas kan penjual minyak
wangi. Tolong, Mas.... hwaaa....hwaaa..." Nangisnya makin menjadi. Dadaku
sesak karena sedari tadi menahan nafas. Dia bersimpuh di kakiku dan memegangnya
erat, merengek. Satu-dua tetanggaku mulai berdatangan ke halaman rumahku,
clingak-clinguk mencari apa kiranya yang berbau busuk. Aku keluar mendatangi
kerumunan orang yang makin banyak itu, mengatakan pada mereka bahwa septitank
di rumahku jebol. Terpaksa aku berbohong karena takut massa akan mengeroyok si
politikus busuk itu. Sebagian dari mereka mengingatkan aku untuk segera
memanggil penyedot tinja, ada yang memaki dan marah, ada juga yang diam. Aku
hanya bisa mengangguk dan tersenyum kecut. Segera setelah para tetanggaku
kembali ke rumah masing-masing, aku kembali ke ruang tamu dan menemukan si
politikus busuk tersebut mengintip dari balik kelambu jendela dalam keadaan
cemas, berkeringat, wajahnya pucat pasi.
"Mereka sudah pergi ?"
"Sudah" jawabku.
"Terimakasih, Mas," kembali dia
mencium tanganku.
"Duduklah." Aku mempersilakan dia
untuk duduk sambil mencoba menyadarkan istriku "Bu..Bu..sadar, Bu"
Kutepuk pipi istriku berulang-ulang. Istriku mulai sadar. Ketika kesadarannya
kembali utuh secara refleks istriku menutup hidung, kemudian memandang kearah
asal bau busuk itu. "Ya, Bu, dia yang berbau busuk" Istriku tahu
kalau orang itu pasti politisi busuk karena istriku sering pula menyaksikan dia
disebut sebagai politisi busuk di tv-tv. Dia mengangguk malu dan takut.
"Ibu Nggak apa-apa kan ?" Istriku mendelik matanya. Marah. Dia
semakin takut. "Sudah deh, kalau gitu Ibu keluar aja dulu" bisikku,
Istriku kupapah berdiri. Sebenarnya istriku enggan, tapi aku paksa keluar rumah
dan kupanggilkan tukang becak untuk mengantar pergi kemana istriku suka.
"Nanti Ibu bisa kembali kalau sudah beres. Dan Ibu jangan bilang
sapa-sapa". Tukang becak pun menutup hidung karena mencium bau busuknya.
Agak kesulitan tukang becak itu mengayuh becaknya karena sebelah tangannya
digunakan untuk menutup hidung. Sesudah becak itu agak jauh aku kembali
menemuinya. Aku mencoba membiasakan mencium bau busuknya.
"Sekarang jelaskan dulu mengapa Bapak bisa
berbau busuk seperti ini." tanyaku
" Saya nggak tahu, Mas"
"Lho koq bisa" Aku kerutkan dahi.
Heran. Dahinya juga mengkerut. Dia takut
"Pokoknya setelah saya bangun tidur tadi,
bau saya sudah busuk."
"Bapak anggota DPR ya ?"
"Bbb..bee..nnar, mas"
"Maaf, pak. Bapak politikus busuk ?"
"Nnnggak... Sunggguh, Mas", mencoba
mengelak
"Tapi bau bapak busuk" Dia diam
sejenak.
"Mas bisa bantu saya ?"
"Maksud Bapak ?"
"Mas punya minyak wangi yang bisa
menghilangkan bau busuk seperti ini ?"
"Wah saya kan hanya penjual minyak wangi
biasa, Pak, mana mungkin bisa menghilangkan bau sebusuk ini" Bibirnya
mengkerut. Dia sedikit kecewa atas jawabanku. "Tapi sebentar." Aku
masuk kedalam kamar, kubuka tumpukan kardus minyak wangi yang biasa kujajakan.
Semua hanyalah minyak wangi biasa. Kuputar otak. Aku bingung memilih mana yang
bisa menghilangkan bau sebusuk itu.
Akhirnya aku putuskan mengoplos saja beberapa
minyak wangi menjadi satu. Kucium bau wanginya yang aneh, tapi tak apalah, apa
salahnya dicoba. Segera aku kembali ke ruang tamu dan menyodorkan padanya.
Dengan tak sabar dioleskannya banyak-banyak ke sekujur tubuhnya. Aneh, dalam
sekejap bau busuknya lenyap seketika. Berkali-kali dia merangkulku, berjingkat
girang, menari-nari, merangkul kembali, mencium tangan saya, mengucapkan
terimakasih. Dia menangis, menangis bahagia.
Sesudah hari itu dia sering datang ke rumah
membeli minyak wangi oplosan untuk menghilangkan bau busuknya. Satu botol kecil
bisa menghilangkan bau busuk selama tiga hari. Banyak uang dia berikan padaku
hanya untuk sebotol kecil minyak oplosan, uang yang berpuluh kali lipat dari
harga sebotol kecil minyak wangi jika kujajakan ke orang-orang. Semakin hari
makin banyak pejabat dan politikus yang memiliki bau busuk diajaknya menemuiku
seiring makin santernya gerakan tolak politisi busuk di negeri ini.Mereka juga
membeli minyak oplosanku dengan harga yang selangit. Tergiur dengan keuntungan
yang besar membuat aku memutuskan untuk khusus menjual minyak wangi bagi
politikus dan pejabat busuk. Bahkan bisa disebut kalau aku adalah BeDe-nya
minyak wangi politisi busuk di negeri ini.
Baru sekitar dua bulanan menjual minyak wangi
khusus politikus dan pejabat busuk, usahaku berkembang pesat. Tak hanya di
dalam negeri, di luar negeri semua tokoh negara, politikus dan pejabat yang
busuk menjadi konsumen produk minyak wangi buatanku setelah gerakan anti
politisi busuk mendunia. Dan lima bulan kemudian, dengan bertambah luasnya
daerah pemasaran maka usaha penjualan yang dulunya kulakukan secara
sembunyi-sembunyi kini telah memiliki outlet besar di kota-kota besar dunia.
Aku tak lagi harus mengirimkannya dengan cara yang aneh-aneh karena mereka tak
lagi malu membeli minyak wangi untuk menghilangkan bau busuk mereka. Para
politikus busuklah yang memberi izin pendirian outletku. Produk minyak wanginya
pun bermacam aroma dan jenis, mulai dari aroma layaknya minyak wangi biasa
hingga aroma keringat pekerja kasar dan pembantu rumah tangga pun tersedia,
bahkan ada yang tak beraroma sama sekali, semua dibuat sesuai dengan selera dan
demi kepuasan konsumen.
Iklan yang melibatkan para politikus dan tokoh
negara dan bermacam penghargaan yang aku terima dari Perkumpulan-perkumpulan
tokoh korup dunia, yang tak berbau busuk lagi berkat minyak wangiku, menjadikan
produk minyak wangiku makin luas diterima. Berkat minyak wangiku setiap
politikus dan pejabat busuk bisa bergaul bebas dengan khalayak ramai tanpa
ketahuan kalau dia adalah orang busuk. Kadang ada segelintir orang berdemo di
depan outlet-outletku menuntut agar outletku ditutup karena menyebabkan rakyat
tidak dapat membedakan politikus dan pejabat yang busuk dengan yang tidak
busuk, karena bau mereka yang busuk dan tidak busuk sama, bahkan kadang mereka
yang busuk lebih wangi. Demo mereka tidak pernah menghalangi usahaku. Polisi
dan militer selalu berhasil membubarkan mereka, memukul dan memenjarakan
mereka. Ditiap negara, polisi dan militer merupakan backing yang gratis karena
hampir semua pejabat tingginya adalah penikmat wanginya produkku.
Kini minyak wangiku tidak hanya menjadi konsumsi
para politikus dan pejabat busuk saja. Kalangan artis, tokoh masyarakat,
aktivis mahasiswa, tokoh agama dan pasangan suami-istri juga banyak membeli
minyak wangiku. Makin banyak yang busuk makin banyak pula keuntunganku. Aku
menikmati semua ini.
Nur Muhammad Ibrahim
Eramuslim.com
No comments:
Post a Comment