“Orang-orang
yang menafkahkan hartanya dijalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa
yang telah mereka nafkahkan dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan tidak pula
menyakiti (perasaan penerima), niscaya mereka akan peroleh pahala disisi Tuhan
mereka. Mereka tidak merasa takut dan tidak pula berduka cita... (Q.S. 2
Al-Baqarah : 262).
Pada suatu hari setelah wafatnya Rasulullah r, kota
Madinah sedang aman dan tentram, tiba-tiba dari arah pinggir kota terlihat debu
tebal yang mengepul ke udara, semakin lama gumpalan debu semakin tinggi menutup
pemandangan. Angin yang bertiup menyebabkan gumpalan debu kuning dari
butiran-butiran sahara yang lunak, terbawa menghampiri pintu-pintu kota, banyak
yang menyangka ada angin ribut yang menyapu dan menerbangkan pasir. Namun dari
balik tirai debu segera terdengar hiruk pikuk yang menandakan tibanya kafilah
besar perniagaan. Tidak lama kemudian sampailah 700 kendaraan yang sarat dengan
muatannya
, memenuhi jalan-jalan Madinah dan menyibukkan penduduknya. Mereka
saling memanggil untuk menyaksikan datangnya rizqi yang dibawa kafilah itu.
Melihat tingkat kesibukan masyarakat yang sangat tinggi diluar kebiasaannya
Ummul Mukminin ‘Aisyah t
bertanya : “Apa yang telah terjadi di kota Madinah...?” Mendapat
jawaban, bahwa kafilah ‘Abdurrahman bin ‘Auf baru datang dari Syam membawa
barang-barang dagangannya. Ummul Mukminin t berkata :
“Kafilah yang telah menyebabkan semua kesibukan ini?” “Benar, ya Ummul
Mukminin .. karena ada 700 kendaraan..!” Ummul Mukminin t
menggeleng-gelengkan kepalanya, sembari melayangkan pandangannya jauh menembus,
seolah-olah hendak mengingat-ingat kejadian yang pernah dilihat atau ucapan
yang pernah didengarnya. Beliau t
berkata : “Ingat..aku pernah mendengar Rasulullah r bersabda
: “Kulihat Abdurrahman bin ‘Auf masuk syurga dengan perlahan-lahan!” Sebagian shahabat menyampaikan perkataan
‘Aisyah t
kepadanya, maka ia pun teringat sering mendengar kalimat itu dari Rasulullah r, dan
sebelum tali-temali perniagaan dilepaskan
diarahkannya langkah mantap menuju rumah Ummul Mukminin t lalu
berkata kepadanya : “Anda telah mengingatkan saya perkataan kekasih kita r yang tak
pernah saya lupakan. Dengan ini saya berharap dengan sangat anda menjadi saksi bahwa
kafilah ini dengan semua muatannya berikut kendaraan dan perlengkapannya saya
persembahkan di jalan Allah ‘Azza wa Jalla ..!” Maka dibagikannyalah seluruh muatan 700
kendaraan itu kepada semua penduduk Madinah dan sekitarnya sebagai perbuatan
baik yang maha besar. Peristiwa yang satu ini saja cukuplah untuk menggambarkan
kesempurnaan iman shahabat Rasulullah r
Abdurrahman bin Auf. Dialah pengusaha yang berhasil, keberhasilan yang paling
besar dan sempurna. Dialah Milyuner yang sukses dunia akhirat, kekayaan yang
paling banyak dan melimpah ruah...! Dia lah mukmin yang bijaksana, yang tak
sudi kehilangan syurga akhiratnya hanya karena dunia yang sedikit, tak rela
tertinggal dari kafilah iman bersama Rasulullah r hanya
karena kesibukan duniawi. Itulah Milyuner kita Abdurrahman bin Auf t .
Beliau termasuk shahabat kedelapan yang masuk Islam sejak fajar Nur Ilahy
baru menyingsing, bersama shahabat yang mulia lainnya Abdurrahman t dibimbing
oleh Murobbi yang sangat mulia dengan keteladanan, penuh dengan rasa
cinta kasih,
No comments:
Post a Comment